Entah makanan tradisional atau bukan, cilok adalah jajanan yang mudah ditemui di Bandung. Kamu bisa menemukan pedagang cilok mulai dari di gerobak, di panggul, punya stand khusus, sampai warung dengan macam-macam jenis cilok... ada!
Anyway. Karena tadi siang saya di sekitaran daerah gerlong, jadi saya mau review cilok yang ada di sekitar sana. Nama tempat yang jualannya Cilok kukus. Tempat ini menjual... cilok kukus. Literal sekali. Kayak orang jualan sabun mereknya "sabun" atau jualan roti mereknya "roti".
The place where the magic happened |
Sebenernya di sini nggak cuma jual cilok kukus aja kok. Pas saya datang saya ngomong "Teh, beli cilok," juga langsung ditanyain "Mau cilok yang kayak gimana. Kenapa? Karena ciloknya ada yang goreng, kukus, dan kuah. Loh, nama stand nya kan Cilok Kukus? O, ternyata di sebelahnya ada stand juga. Apa namanya? Nama stand sebelahnya Cilok Goreng Kukus Kuah. These people has really interesting creativity on name picking.
Tempatnya sederhana dan ada kaca pelindungnya. Jadi kalau tempat ciloknya dibuka uapnya langsung bikin automatic blur.
Ini bukan di sensor KPI ya. |
Dan asyiknya dapat kantong plastik gratisan! Hmm...
Kantong plastik gratis. Wow. |
The Packaging
Cilok yang dibeli dibungkus dengan dua plastik. Plastik bening dan plastik putih untuk dibawa. Hm.. jadi renungan juga, banyak banget plastik yang saya konsumsi tiap hari ya. Oh iya, bahkan tadi yang jualan juga nanya apa bumbunya mau dipisah atau nggak. Kalau dipisah jadi plastik lagi dong. Wew.The Content
Cilok artinya 'aci' yang dicolok. 'Aci' sendiri artinya tepung tapioka, yakni tepung yang terbuat dari singkong. Kenapa dicolok? Karena seharusnya makannya dicolok. Karena saya makannya tidak nyolok, makanya saya mencolok yang lain.
Eh. What?
I mean... saya mencolok dengan memberikan informasi ini. (mencolok = striking. appearance. Ahaha. Yes. Bad pun)
Cilok sejatinya berbentuk bola-bola. Karena dikukus dan tertindih satu sama lain maka bentuknya sudah lebih demek. Cilok yang dijual di gerlong ini nggak terlalu demek. Diameternya sekitar 3,5 cm dan tingginya sekitar 2,7 cm. Ukurannya pas untuk sekali hap. Tapi buat cewek-cewek mungkin lebih cocok untuk dicolok. Maksudnya ciloknya. Jadi bisa beberapa kali gigit, gitu. Kan biasanya makannya imut.
Diameter dan tinggi cilok. Kira-kira segini lah. |
Gimana dalamnya? Setelah dibelah ternyata ada tetelannya. Salah satu fitur standar jajanan cilok di Bandung. Jadi nggak makan tepung doang.
The wow factor of cilok is inside here |
The Taste
Bumbu cilok yang disiram menggunakan kacang dan saos yang mungkin tomat. Ada sedikit rasa asamnya soalnya. Bumbu kacangnya enak. Rasanya manis dan menurut saya agak pedas. Ketika sampai di lidah rasanya, cess... langsung pedes. Ketika di dalam mulut entah kenapa ada aroma seperti makan rujak cingur di awal. Hmm.... mungkin kacang yang digunakan sama dengan rujak cingur.
Ciloknya sendiri kenyal dan tidak terlalu keras. Tapi mending makannya satu persatu. Saya nyobain langsung hap dua jadi susah ngunyahnya.
Nah, yang paling spesial tetelannya! Tetelannya empuk dan berasa agak renyah pas digigit! Punya rasa gurih dan buttery yang asyik. Aroma dagingnya keluar banget. Ciloknya yang nggak begitu berasa jadi pas dicampur sama tetelan.
Kesimpulan
Si cilok segede sendok |
Enak! Recommended. Kalau misalnya mau nyari cemilan yang bikin lumayan kenyang dan murah bisa ke sini. Nanti cobain juga yang goreng dan kuah nya. Harganya juga mahasiswa banget. Bukan memberi makna peyoratif ya, maksudnya bersahabat dengan kantong, heheh. 3 bijinya cuma Rp 2000. Jadi kalau beli satu harganya Rp 666.67. Tapi buat apa beli satu? Karena bakalan nagih (Sebenernya juga karena nggak boleh. Haha).
That's the item dropped for today. Kalau punya rekomendasi cilok yang enak bisa juga kasih comment di bawah. Sampai jumpa di postingan berikutnya!
No comments:
Post a Comment